Neraca perdagangan produk baja, khususnya untuk flat dan long product, kembali menunjukkan tren positif. Meskipun tidak setinggi tahun sebelumnya yang mencapai USD2,2 milyar, neraca pada tahun 2022 ditutup dengan nilai USD1,3 milyar atau turun 40%.
Pemulihan ekonomi global pasca pandemi COVID-19 menghadapi kondisi yang penuh tantangan. Pertumbuhan ekonomi dunia diprediksi masih melemah, terutama disebabkan adanya konflik geopolitik, tekanan permintaan domestik di berbagai negara, serta pengetatan finansial yang meluas di tahun 2022. Namun demikian, perekonomian Indonesia terbukti relatif tangguh dalam menghadapi krisis tersebut.
Melanjutkan tren dalam beberapa tahun terakhir, total ekspor produk baja Indonesia pada periode Januari-Juli 2022 mengalami kenaikan sebesar 11% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu. Volume ekspor tahun 2017 tercatat sekitar 1 juta ton dan meningkat 5 kali lipat menjadi 5 juta ton pada tahun 2021. Di sisi lain, impor produk baja mengalami penurunan lebih sedikit, yaitu sebesar 4%.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengumumkan pertumbuhan industri yang melesat pada kuartal II-2022. Dalam siaran pers pada tanggal 18 Agustus 2021, Kemenperin menyatakan bahwa kinerja industri logam dasar tumbuh sebesar 15,79%, atau naik secara signfikan dibandingkan kuartal I-2022 yang mencapai 7,90%.
Hampir seluruh industri di dunia saat ini, termasuk industri baja, mengalami kerentanan yang antara lain disebabkan oleh harga bahan baku, pandemi COVID-19, tren ekonomi jangka panjang, serta biaya energi.
Dunia ekonomi global tengah mengalami berbagai perubahan signifikan beberapa bulan terakhir, antara lain penyebaran varian Omicron COVID di seluruh dunia serta tekanan inflasi yang lebih besar dari perkiraan. Pengaruh terbesar yang dirasakan adalah dampak ekonomi dari perang di Ukraina yang memicu berkurangnya pasokan serta inflasi yang kian melambung.