Slag Baja untuk Perlindungan Lingkungan
Sumber: United States Geological Survey (USGS)
“Slag mencemari lingkungan!” Itulah suara yang sering kita dengar tentang slag yang dihasilkan dari proses peleburan besi dan baja (slag baja). Namun demikian, beberapa penelitian terbaru dari United States Geological Survey (USGS) mungkin akan mengubah citra buruk yang disematkan pada slag baja. Para peneliti USGS menemukan bukti bahwa slag baja ternyata justru dapat menetralkan bahan kimia berbahaya bagi linkungan.
Senyawa asam sulfat yang terbentuk pada kegiatan penambangan mineral sebagai hasil reaksi antara udara dan air dengan berbagai mineral sulfida telah menjadi permasalahan lingkungan yang serius. Senyawa asam ini dapat melarutkan berbagai logam berat yang dapat mencemari air dan berdampak negatif terhadap pertumbuhan dan reproduksi biota. Peneliti USGS tertarik untuk melihat peluang pemanfaatan slag baja sebagai material untuk mengendalikan dampak negatif senyawa asam sulfat dari kegiatan pertambangan. Hasil penelitian yang dilakukan peneliti USGS menunjukkan bahwa kandungan kalsium yang tinggi dari slag baja ternyata dapat menetralkan asam sulfat tersebut.
Hasil tersebut diperoleh pada saat peneliti USGS secara khusus melakukan penelitian di wilayah Chicago-Gary yang berada di daerah Illinois dan Indiana, Amerika Serikat, di mana slag baja masih belum dimanfaatkan secara optimal. Pada saat itu, slag baja hanya dipergunakan sebagai material agregat di industri konstruksi. Peneliti USGS melakukan pemeriksaaan komposisi kimia slag baja yang dihasilkan di daerah Chicago-Gary dan menemukan bahwa unsur penyusun slag baja sebagian besar terdiri dari Ca, Fe, dan Si, dengan jumlah Al, Mg, dan Mn yang umumnya lebih sedikit. Selanjutnya, para peneliti melakukan tes simulasi pelapukan dan mendapatkan hasil bahwa elemen yang berpotensi merusak seperti Cr dan Mn, yang terdapat dalam konsentrasi yang signifikan di beberapa sampel slag baja pada umumnya berada dalam fase yang tidak larut sehingga slag baja ini aman untuk dapat digunakan. Kandungan Ca yang relatif tinggi dalam slag baja akan dapat menetralkan asam melalui mekanisme reaksi:
Penelitian USGS menunjukkan bahwa kemampuan slag baja dalam menetralkan asam bisa mencapai lebih dari 80% dari netralisasi asam teoritis Calcite murni.
Selanjutnya, para peneliti USGS juga menunjukkan manfaat slag baja lainnya dalam menyelesaikan permasalahan lingkungan lain di daerah Chicago-Gary, yakni mengurangi kandungan fosfat di dalam air. Fosfat merupakan nutrisi penting bagi tanaman dan merupakan bahan utama dalam pupuk. Namun, penggunaan pupuk yang berlebihan di daerah Chicago-Gary telah mengakibatkan penumpukan fosfat di sungai dan danau setempat. Kelebihan fosfat ini telah berdampak negatif pada pertumbuhan biota air, khususnya alga, serta menjadi penyebab “zona mati” di perairan sekitar Chicago-Gary.
Lalu bagaimana slag baja bisa memulihkan ekosistem air yang tercemari fosfat? Peneliti USGS menemukan bahwa selain dapat menetralkan asam, slag baja juga dapat menyerap kelebihan fosfat dari air. Penelitian dalam skala laboratorium yang dilakukan, baik dengan metoda batch maupun kolom mengalir, menunjukkan bahwa kandungan fosfat dalam larutan dapat dikurangi dengan menggunakan slag baja. Penelitian juga menunjukkan bahwa semakin tinggi kandungan kalsium dalam slag baja maka akan semakin tinggi kemampuan slag baja dalam menetralkan fosfat. Dengan demikian, peneliti USGS percaya bahwa slag baja dapat dipergunakan sebagai bahan penetral kelebihan fosfat di dalam air secara efektif.
Berdasarkan hasil peneltian yang telah dilakukan tersebut, para penelti USGS berpendapat bahwa pemanfaatan slag baja sebagai media untuk menetralkan keasaman dan fosfat dalam air akan memberikan manfaat lebih besar bagi masyarakat Chicago-Gary dibandingkan pemanfaatan slag baja sebagai agregat bahan konstruksi yang selama ini dilakukan. Selain itu, pemanfaatan ini juga akan menyelesaikan permasalahan slag baja pada industri besi dan baja di wilayah tersebut serta mendukung konservasi lingkungan melalui substitusi material yang diperlukan untuk keperluan pemurnian air.
Potensi slag baja tersebut seharusnya menjadi alternatif pemanfaatan yang bisa dilakukan di Indonesia. Namun demikian, saat ini pemanfaatan tersebut masih terkendala mengingat status slag baja masih sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) padahal berbagai penelitian dan pemanfaatan seperti yang dilakukan USGS di atas jelas-jelas menunjukkan bahwa slag baja bukanlah material berbahaya bagi lingkungan, bahkan sebaliknya slag baja merupakan material ramah dan bermanfaat bagi lingkungan. IISIA berharap dukungan sepenuhnya dari pemerintah agar slag baja dapat dimanfaatkan secara maksimal sehingga memberikan manfaat lebih baik bagi industri baja nasional serta turut mendorong program kelestarian alam dan lingkungan. (WS)
Artikel IISIA tentang pemanfaatan slag baja lainnya:
1. POSCO Menggunakan Steel Slag untuk Menciptakan Hutan Laut dan Menyelamatkan Ekosistem
2. Pemanfaatan Slag Baja sebagai Pupuk Tanaman
3. Slag Baja Bukan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) - Usulan IISIA