Hampir seluruh industri di dunia saat ini, termasuk industri baja, mengalami kerentanan yang antara lain disebabkan oleh harga bahan baku, pandemi COVID-19, tren ekonomi jangka panjang, serta biaya energi.
Dunia ekonomi global tengah mengalami berbagai perubahan signifikan beberapa bulan terakhir, antara lain penyebaran varian Omicron COVID di seluruh dunia serta tekanan inflasi yang lebih besar dari perkiraan. Pengaruh terbesar yang dirasakan adalah dampak ekonomi dari perang di Ukraina yang memicu berkurangnya pasokan serta inflasi yang kian melambung.
Invasi Rusia ke Ukraina telah memicu kemarahan dan kecaman dunia internasional, yang diikuti dengan berbagai sanksi pada sektor ekonomi dan bisnis. Banyak perusahaan dari berbagai negara memilih keluar dari Rusia. Hal ini dilakukan dengan alasan mematuhi sanksi terkait pembatasan perdagangan yang diberlakukan oleh negara asal, atau atas kemauan mereka sendiri untuk menghindari resiko ekonomi dan reputasi yang terkait dengan mempertahankan hubungan dengan Rusia.
Pada hari Sabtu, 4 Juni 2022, The Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA) kembali menggelar The 7th Annual Golf Tournament 2022, setelah terhenti karena pandemi selama 2 tahun.
Pada tanggal 28 Maret 2022, Komisi Anti-Dumping Australia mengumumkan penyelidikan sunset review tindakaan anti-dumping (AD) yang pertama atas impor produk baja tulangan (rebar) dari negara Yunani, Indonesia, Spanyol, Thailand, dan Taiwan.
World Steel Association merilis produksi baja kasar dunia pada tri wulan pertama tahun 2022 mencapai 456,6 juta ton. Produksi baja kasar dunia ini mengalami penurunan sebesar 6,4% dibandingkan dengan produksi pada tri wulan pertama tahun 2021, yaitu sebesar 487,9 juta ton.