IISIA Mengapresiasi dan Menyambut Baik Langkah Tegas Menteri Perdagangan dalam Penindakan Produk Baja Non SNI
Press Release (08/2022)
Jakarta (12/08) – The Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA)/ Asosiasi Besi dan Baja Nasional memberikan apresiasi yang sangat tinggi kepada Pemerintah khususnya Menteri Perdagangan atas respon yang positif untuk secara bersama-sama melakukan upaya pengendalian importasi besi dan baja yang telah menjadi salah satu faktor defisitnya neraca perdagangan RI. Masih tingginya impor baja tentu memberikan pengaruh negatif terhadap kinerja industri baja nasional. Selain impor tersebut banyak dilakukan secara unfair trade seperti halnya dumping dan Circumvention, faktanya di lapangan masih banyak ditemukan produk impor yang tidak memenuhi persyaratan mutu Standar Nasional Indonesia (SNI).
Pada 9 Agustus 2022, Menteri Perdagangan Republik Indonesia, Bapak Zulkifli Hasan bersama Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga Kementerian Perdagangan Republik Indonesia telah mengamankan sementara produk baja yang diduga tidak memenuhi persyaratan mutu SNI dimana langkah tersebut dilakukan dalam rangka merespons adanya informasi maraknya impor bahan baku asal RRT yang tidak memenuhi SNI.
Chairman IISIA yang juga merupakan Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, Silmy Karim, menyatakan “IISIA sangat mengapresiasi dan menyambut baik langkah tegas Pemerintah khususnya Menteri Perdagangan Republik Indonesia beserta jajaran Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga Kementerian Perdagangan dalam penindakan produk baja yang illegal atau yang tidak memenuhi SNI”.
Langkah yang diambil Kementerian Perdagangan RI yang dipimpin oleh Bapak Zulkifli Hasan ini merupakan langkah positif yang patut dicontoh dan perlu dilakukan secara reguler oleh kementerian atau penegak hukum terkait. Hal ini merupakan momentum yang baik bagi industri baja nasional agar dapat melakukan persaingan yang sehat dan memperhatikan peraturan yang berlaku serta menjamin keselamatan pengguna baja.
Lebih lanjut Silmy yang juga merupakan Chairman Asosiasi Industri Besi dan Baja Asia Tenggara/South East Asian Iron & Steel Institute (SEAISI) mengatakan “Umumnya baja Non SNI itu bermain pada dimensi produk. Misalnya untuk produk Baja Lembaran Lapis Seng (BjLS) itu kan kalau mengacu pada SNI 07-2053-2006 tebal nominal logam dasar (base metal) yang dipersyaratkan adalah sebesar 0,20 mm, namun aktualnya ketebalannya produk-produk ini di bawah 0,20mm. Produk yang tidak standar seperti ini akan sangat berbahaya jika digunakan untuk atap baja seperti untuk bangunan rumah, sekolah, perkantoran, dan bangunan fasilitas publik lainnya karena akan sangat rawan kerusakan jika terjadi bencana”.
“Kami berharap, langkah-langkah tegas terhadap segala bentuk pelanggaran hukum dibidang perdagangan seperti ini dapat terus ditingkatkan secara lebih intens dan reguler untuk semua jenis produk baja dari hulu hingga hilir serta penerapan sanksi pidana bagi pihak yang memproduksi, mengimpor dan/atau mengedarkan barang yang tidak sesuai SNI baik dengan sengaja/kelalaiannya. Dengan demikian, pasar baja domestik akan lebih sehat, adil dan kondusif karena para pelaku usaha yang beritikad baik dan tunduk terhadap peraturan perundang-undangan dapat terlindungi, serta utamanya untuk memastikan masyarakat pengguna baja dapat terlindungi melalui penyediaan material baja berkualitas baik” tutup Silmy.
