Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki 17.504 pulau. Wilayah Indonesia terbentang luas dari Sabang sampai Merauke, dengan panjang sekitar 5.300 km. Demi menyatukan wilayah yang terpisah oleh laut dan daratan, dibutuhkan sarana dan prasarana transportasi yang baik. Jalan tol, jembatan, rel kereta, dermaga, bandar udara, kendaraan bermotor, kapal laut, kereta api, kapal terbang, semuanya membutuhkan baja. Tidak hanya itu, infrastruktur energi dan telekomunikasi seperti menara listrik dan alat-alat komunikasi juga memakai baja.
Industri baja dituntut untuk mengikuti kemajuan transportasi modern yang serba cepat, ramah lingkungan dan mandiri. Hal ini adalah peluang, sekaligus tantangan bagi industri baja untuk terus berinovasi agar dapat menciptakan produk baru sesuai tuntutan kemajuan aplikasi industri. Mobil listrik, kereta maglev (magnetically levitated, jenis kereta yang mengambang karena medan magnet) , mobil terbang, dan berbagai alat transportasi masa depan menuntut karakteristik sifat baja yang juga semakin spesifik dan unik.
Fakta utama:
Indonesia pada saat ini memiliki sekitar 496 pelabuhan, 367 bandara, 542.000 km jalan serta lebih dari 89.000 jembatan dengan total panjang 1.050 km yang dibangun untuk menghubungkan berbagai wilayah di Indonesia. Pada tahun 2020, Pemerintah mencanangkan untuk membangun 6.346 km jalan, 18.758 km jembatan, 239 km rel kereta api, 3 bandara dan berbagai infrastruktur lainnya dengan nilai Rp.423 triliun yang diperkirakan akan membutuhkan baja sekitar 3 juta ton. Jembatan Suramadu yang menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Madura dengan panjang 5.348 meter merupakan jembatan terpanjang di Indonesia. Jembatan ini menggunakan struktur baja. Menara telekomunikasi yang telah terpasang di sepanjang Pulau Jawa, mulai dari Banten hingga Jawa Timur, menggunakan material baja galvanis. Pembangunan infrastruktur jalan tol Trans-Jawa sepanjang 1.167 km yang membentang dari Merak sampai Banyuwangi menggunakan grill dari baja galvanis.