Industri baja nasional pada saat ini memiliki nilai total konsumsi produk sebesar Rp200 triliun, dengan nilai output produksi mencapai lebih dari Rp 100 triliun, serta menghasilkan devisa eksport mendekati Rp100 triliun. Tenaga kerja yang terlibat langsung dalam industri baja adalah sekitar 100 ribu orang dan tenaga kerja tidak langsung sekitar 350 ribu orang. Baja telah menjadi bagian penting dalam pembangunan sarana dan prasarana pembangunan ekonomi nasional, mulai dari bendungan untuk irigasi pertanian; pelabuhan untuk perikanan dan perdagangan; hotel untuk pariwisata; serta berbagai moda transportasi sebagai penghubung dan penggerak roda ekonomi nasional, seperti infrastruktur jalan, jembatan, kereta api, dan bandara udara. Selain itu, dalam 50 tahun kehadirannya, baja nasional juga telah turut mengubah wajah negeri melalui gedung, sekolah, rumah tinggal, rumah sakit, jaringan listrik, telekomunikasi serta berbagai fasilitas penunjang kesejahteraan hidup masyarakat yang menjangkau hingga jauh ke pelosok negeri. Baja hadir di setiap denyut penciptaan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Fakta utama:
Kebutuhan baja nasional pada tahun 2019 mencapai 15,9 juta ton dengan jumlah konsumsi perkapita sekitar 50 kg. Nilai ini merupakan yang terendah di ASEAN, dimana Singapura mencapai 488 kg per kapita, disusul oleh Malaysia 299 kg per kapita, Thailand 239 kg per kapita, Vietnam 227 kg per kapita, dan Filipina 94 kg per kapita. Potensi pertumbuhan dan peran ekonomi industri baja nasional luar biasa besar, seiring dengan peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat.
Jika konsumsi baja perkapita nasional mencapai sekitar 200 kg per kapita, mendekati konsumsi Vietnam dan Thailand, maka konsumsi baja nasional akan mencapai 64 juta ton per tahun. Sedangkan jika mendekati 500 kg per kapita, seperti halnya Singapura, maka konsumsi baja nasional akan mencapai 159 juta ton per tahun.
Industri baja tumbuh seiring dengan tumbuhnya industri pengguna di sektor konstruksi, manufaktur, transportasi, komunikasi, migas dan kelistrikan sehingga dampak ekonomi yang dihasilkan akan berlipat ganda.
Dengan konsumsi baja yang akan terus meningkat, maka kontribusi baja terhadap pendapatan negara juga akan terus meningkat yang bersumber dari devisa kegiatan ekspor dan pajak. Selain itu, dampak ekonomi penciptaan nilai tambah dan lapangan kerja juga akan meningkat.
Di seluruh dunia, industri baja menyediakan lapangan kerja bagi lebih dari 6 juta orang. Hal ini tentu saja memengaruhi kesejahteraan karena satu orang bekerja di industri baja akan berdampak 2,5 kali secara ekonomi dan 6,5 kali secara sosial masyarakat. Kondisi ini semakin mengokohkan baja sebagai industri yang berperan penting dalam memacu pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran.
Jumlah perusahaan baja di Indonesia mencapai ratusan sehingga Corporate Social Responsibility yang dihasilkan pun akan banyak dan beragam. Ini akan menjadi salah satu upaya menciptakan pemerataan kesejahteraan bagi masyarakat sehingga menjadi bagian dari perwujudan cita-cita kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Selain menggambarkan cara hidup modern, baja merupakan hal mendasar bagi keberhasilan ekonomi berkelanjutan. Daur ulang baja akan mengurangi beban sumber daya alam karena dapat tetap digunakan selama mungkin.