2023 SEAISI Sustainability and Construction Forum: Transforming ASEAN through Innovation for the Environment and Sustainable Construction
Sumber: IISIA
South East Asia Iron and Steel Institute (SEAISI) menggelar 2023 ASEAN Sustainability & Construction Forum dari tanggal 20 hingga 22 November 2023 di Raffles City Convention Centre, Singapura. Forum ini menekankan komitmen industri baja untuk terus berinovasi demi masa depan yang berkelanjutan. Dengan menampilkan sesi-sesi menarik, termasuk diskusi mendalam mengenai “The Future of Green Transition for Sustainable Business” dan sesi CEO yang akan membahas keberlanjutan. Selain itu, forum ini memuat agenda penting lainnya, seperti pertukaran pengalaman dan pengetahuan antara industri baja ASEAN dan sejumlah pelaku industri baja global. Topik-topik yang dibahas melibatkan berbagai aspek di bidang keberlanjutan dan konstruksi.
Dalam sambutannya, Chairman SEASI, Purwono Widodo menyoroti isu-isu lingkungan dan keberlanjutan konstruksi yang menjadi perhatian utama di berbagai industri di seluruh dunia, termasuk industri baja. Purwono menegaskan pentingnya industri baja untuk mengikuti tren global dalam pengurangan emisi karbon dan bertransisi ke energi hijau. Saat ini, banyak upaya yang dilakukan oleh pemerintah, produsen baja, dan stakeholder industri baja di seluruh dunia untuk mengembangkan inovasi untuk mengurangi emisi karbon. Terdapat banyak hal baru terkait regulasi, standar, teknologi, praktik, serta penelitian dan pengembangan untuk mengurangi emisi karbon dalam industri baja.
Sementara itu, permintaan baja diprediksi akan terus meningkat dalam beberapa tahun ke depan, dengan sektor konstruksi tetap menjadi sektor terbesar yang mengkonsumsi baja. Menurut World Steel Association, 52 persen dari penggunaan baja digunakan untuk sektor bangunan dan infrastruktur pada tahun 2022. Dengan demikian maka industri konstruksi harus terus mengembangkan teknologi dan inovasi untuk meningkatkan efisiensi, keamanan, dan keberlanjutan sebagai bagian dari ekosistem industri baja. Implementasi konsep konstruksi berkelanjutan menjadi suatu keharusan. Oleh karena itu, SEAISI menyelenggarakan 2023 ASEAN Sustainability & Construction Forum dengan tema Transforming ASEAN through Innovation for the Environment and Sustainable Construction.
Dua tahun telah berlalu sejak United Nations Climate Change Conference (COP26) di Glasglow, ketika sebagian besar negara ASEAN menyatakan niat mereka untuk mencapai Net Zero Emission pada 2050 atau 2060. Menurut laporan International Energy Agency, sektor besi dan baja menyumbang 7 persen dari total emisi CO2 global. World Steel Association menghitung bahwa intensitas emisi CO2 telah meningkat dari 1,81 ton CO2 per ton crude steel pada tahun 2018 menjadi 1,91 ton CO2 per ton crude steel pada 2021. Oleh karena itu, terdapat tekanan lebih besar pada industri baja untuk mengurangi emisi karbon dari berbagai pemangku kepentingan. Salah satu tantangan utama adalah mendapatkan pasokan energi hijau dan menemukan rute teknologi alternatif untuk produksi beremisi rendah.
Industri baja di ASEAN menjadi target pengurangan emisi karbon, baik dari negara tujuan ekspor maupun pemerintahnya sendiri untuk mencapai Nationally Determined Contribution (NDCs). Penting untuk dicatat bahwa hampir semua investasi dalam beberapa tahun terakhir dan investasi baja yang akan datang di negara-negara ASEAN didasarkan pada fasilitas Blast Furnace/Basic Oxygen (BF/BOF) yang berintensitas emisi karbon tinggi yang bertentangan dengan komitmen untuk mengurangi emisi karbon. Oleh karena itu, menjadi tantangan besar bagi pelaku dan pemangku kepantingan industri baja untuk memikirkan dan menemukan cara mengurangi emisi karbon dalam industri baja di ASEAN.
Produsen baja terkemuka di seluruh dunia sedang mengembangkan teknologi baru dan berinvestasi dalam fasilitas baru untuk mengurangi emisi karbon dan menghasilkan baja hijau. Selain itu, muncul standar dan praktik baru yang diusulkan untuk mendefinisikan produk baja hijau dan persyaratan sertifikasi jejak karbon. Uni Eropa telah memulai implementasi Carbon Border Adjusment Mechanism (CBAM) mulai 1 Oktober 2023 dengan fase transisi hingga akhir 2025. Di sisi lain, beberapa pihak mengembangkan Environmental Product Declaration (EPD) untuk memastikan bahwa produk baja yang dihasilkan memenuhi persyaratan dampak lingkungan, termasuk emisi karbon. Meskipun banyak upaya telah dilakukan untuk mendorong pengurangan emisi karbon dalam industri baja, masih terdapat ketidakjelasan mengenai standar dan metode apa yang akan digunakan untuk menentukan definisi baja hijau dan target emisi karbon yang harus dicapai oleh industri baja. Sehingga perlu dilakukan lebih banyak diskusi dan pertukaran ide untuk sepenuhnya memahami konsep dekarbonisasi dalam industri baja dan dampaknya terhadap perkembangan masa depan industri baja, terutama di kawasan ASEAN.
Meskipun menghadapi isu-isu dekarbonisasi, permintaan baja global diproyeksikan akan masih akan terus bertumbuh, meskipun memiliki laju pertumbuhan moderat dan dengan adanya penurunan intensitas baja. Salah satu tren yang telah jelas terjadi adalah penggunaan baja untuk bahan otomotif yang menjadi lebih ringan dan kuat karena standar yang lebih ketat untuk efisiensi bahan bakar, elektrifikasi, dan isu keamanan. Hal yang sama juga berlaku untuk permintaan baja global untuk konstruksi, yang diprediksi akan meningkat sebesar 2,1 persen setiap tahun selama 15 tahun ke depan. Permintaan baja konstruksi pada tahun 2025 dan 2035 diperkirakan masing-masing akan menjadi 919 juta ton dan 1,1 miliar ton. Pada tahun 2023, permintaan baja di ASEAN-6 diproyeksikan meningkat sebesar 3,4 persen menjadi 77,6 juta ton, setelah naik 0,3 persen pada tahun 2022. Pendorong utama pertumbuhan tersebut berasal dari Indonesia dan Filipina, di mana dukungan datang dari sektor konsumen baja terbesar yaitu sektor konstruksi dengan pangsa permintaan sekitar 75 hingga 78 persen. Selain itu, investasi konstruksi akan terus berkembang karena pembangunan Mega City, Smart and Green City, dan tren desain bangunan modular, konstruksi digital 3D, serta infrastruktur jembatan super panjang dan kereta cepat akan menjadi pendorong pertumbuhan penggunaan baja dalam konstruksi di masa depan.
Menurut Purwono Widodo SEAISI memiliki peran penting dalam memberikan solusi atas tantangan dan peluang yang dihadapi oleh industri baja di ASEAN, khususnya terkait isu emisi karbon dan konstruksi berkelanjutan. Selain itu, industri baja masih menghadapi masalah penting terkait kapasitas berlebih, baik secara global maupun regional, yang diperkirakan akan semakin memburuk di masa depan jika tidak diambil tindakan nyata untuk mengelola investasi tambahan kapasitas baru di wilayah ASEAN. Dengan diselenggarakannya forum 2023 ASEAN Sustainability & Construction Forum, diharapkan terjadi pertukaran informasi dan ide, serta berbagi pengetahuan dan keahlian, yang akan menjadi landasan untuk mendapatkan berbagai alternatif solusi dan inovasi bagi tantangan yang dihadapi oleh industri baja di ASEAN dalam hal pengurangan emisi karbon dan pembangunan konstruksi yang berkelanjutan. Forum SEAISI ini bukan hanya menjadi wadah diskusi semata, melainkan diharapkan juga menjadi langkah awal bagi perubahan positif dalam industri baja di ASEAN menuju keberlanjutan dan keunggulan dalam menghadapi tantangan global.