ASEAN Menghadapi Kelebihan Pasokan Baja - SEAISI
Sumber: SEAISI
Di tengah ketidakpastian kondisi perekonomian dunia akibat pandemi COVID-19, pasokan baja di kawasan Asia Tenggara diperkirakan akan mengalami kelebihan pasokan mesikpun permintaan baja diperkirakan akan meningkat.
Seperti negara-negara lain di dunia, pemulihan ekonomi kawasan Asia Tenggara ke tingkat sebelum Covid-19 sangat bergantung pada keberhasilan dalam mengendalikan pandemi dan berbagai investasi untuk pemulihan ekonomi, sebagaimana dikatakan oleh Sekretaris Jenderal Institut Besi & Baja Asia Tenggara (SEAISI) Yeoh Wee Jin pada konferensi Kallanish Asia Steel Markets 2021 baru-baru ini.
Konsumsi baja di kawasan regional Asia Tenggara (Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam) diperkirakan mencapai 72-75 juta ton pada tahun 2021. Perkiraan SEAISI ini 2-6% lebih tinggi dari perkiraan konsumsi regional Asia tenggara sekitar 70 ton pada tahun 2020. Perkiraan ini adalah 12,4% lebih rendah dari konsumsi baja regional sebesar 80 juta ton pada 2019. Pada 2019, konsumsi baja Vietnam adalah 24 juta ton, diikuti oleh Thailand 18 juta ton, Indonesia 16 juta ton, Filipina 10 juta ton, Malaysia 9 juta ton, dan Singapura 2 juta ton.
Sebagian besar konsumsi baja berasal dari sektor konstruksi. Pertumbuhan industri konstruksi pada tahun 2020 hanya positif untuk Vietnam dan Thailand, dengan perkiraan pertumbuhan masing-masing sebesar 6,8% dan 2%. Negara-negara lain diperkirakan mengalami kontraksi 3,3-33,7% di sektor konstruksi.
Industri otomotif regional, sektor pengguna baja terbesar kedua, tampaknya mulai pulih. Wilayah ini memproduksi 2,85 juta kendaraan pada tahun 2020, turun 31,6% dari 4,2 juta kendaraan tahun sebelumnya. Tahun lalu, Thailand menyumbang 50% produksi, Indonesia 24% dan Malaysia 17%.
Kelebihan pasokan baja terus menjadi masalah di wilayah ASEAN. Ekspor ASEAN naik 23% menjadi 19,1 juta ton dan impor turun 18.2% menjadi 41.9 juta ton tahun lalu. Ekspor regional meningkat karena produksi baja tumbuh dari pabrik baru, seperti di Indonesia, Malaysia, dan Vietnam.
Tahun lalu, sekitar 90% dari berbagai investasi baja regional, termasuk investasi China, tertunda karena kurangnya pendanaan dan pembatasan tenaga kerja migran dan keahlian yang dibutuhkan dalam pembangunan pabrik.
ASEAN akan terus menarik investasi baja karena merupakan salah satu kawasan dengan pertumbuhan tercepat dengan populasi besar. Reformasi kebijakan pemerintah Tionkok di sektor industri baja telah mengakibatkan kapasitas baja Tiongkok dialihkan ke ASEAN. Dengan kebijakan pemotongan kapasitas lebih lanjut yang dilakukan pemerintah Tiongkok maka akan lebih banyak investasi baja Tiongkok yang akan masuk ke kawasan ASEAN termasuk investasi dengan target melakukan ekspor kembali ke Tiongkok. Oleh karena itu, SEAISI memperkirakan bahwa permintaan dan kapasitas baja ASEAN tidak akan seimbang. ASEAN akan selalu mengalami kelebihan kapasitas produksi.