Chairman IISIA : Kebutuhan Baja Indonesia Diperkirakan akan Mencapai 100 Juta Ton pada Tahun 2045
Sumber : IISIA
Pada tahun 2045, kebutuhan baja Indonesia diperkirakan mencapai 100 juta ton, demikian pernyataan chairman IISIA Purwono Widodo dalam sambutannya pada pembukaan acara IISIA Business Forum (IBF) 2023 yang dilaksanakan pada hari Kamis (9/11/2023). Pada tahun tersebut, Indonesia memiliki visi untuk menjadi negara maju dengan kekuatan ekonomi terbesar nomor 4 di dunia.
Seiring dengan pertumbuhan perekonomian nasional, khususnya untuk mencapai cita-cita Indonesia Emas 2045, industri baja nasional juga akan terus meningkat pesat. Konsumsi baja per kapita Indonesia saat ini sekitar 60 kg per kapita per tahun, jauh tertinggal dari Korea Selatan yaitu 988 kg, Tiongkok 646 kg, Jepang 443 kg, dan Amerika Serikat 279 per kapita. Konsumsi Indonesia bahkan tertinggal dibandingkan dengan konsumsi baja per kapita negara tetangga ASEAN, seperti Malaysia sebesar 210,5 kg, Thailand 233,3 kg, dan Singapura 273,5 kg. Dari sisi produksi, Indonesia saat ini baru memproduksi baja kasar sebanyak 14,4 juta ton, jauh tertinggal dari dari Tiongkok 1.018 juta ton, India 125,3 juta ton, Jepang 89.2 juta ton, Amerika Serikat 80,5 juta ton, Rusia 71,5 juta ton, dan Korea Selatan 65,8 juta ton.
Berbagai kebijakan pemerintah untuk mendukung industri baja nasional saat ini yang dilakukan adalah seperti substitusi impor, P3DN, Harga Gas Bumi Tertentu, dan pengendalian impor melalui penerapan Neraca Komoditas, terus didorong karena merupakan kebijakan penting yang dibutuhkan oleh industri baja nasional dalam menghadapi tantangan dan ancaman kelebihan kapasitas produksi regional dan global serta munculnya praktik perdagangan tidak adil (unfair trade). Selain itu, standarisasi produk baja perlu terus digalakkan untuk melindungi konsumen dan menciptakan kondisi perdagangan yang adil. Selanjutnya, perlu dicanangkan kebijakan investasi yang tepat untuk mendorong pertumbuhan kapasitas pada sektor yang masih membutuhkan dan mengendalikan investasi pada sektor yang telah mengalami kelebihan kapasitas. Pemenuhan kebutuhan baja nasional dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045 akan memerlukan penanaman modal yang sangat besar, kurang lebih USD100 miliar. Pemerintah bersama IISIA, Kadin Indonesia, seluruh asosiasi dan pelaku industri serta pemangku kepentingan dalam rantai pasok industri baja nasional perlu menyusun kebijakan investasi dan peta jalan pengembangan industri baja nasional yang komprehensif dan terintegrasi antar semua sektor.
Saat ini, industri baja nasional masih menghadapi tantangan terkait utilisasi kapasitas produksi nasional yang masih sangat rendah, yaitu rata-rata 54 % (jauh dari good utilization sebesar 80%). Hal ini disebabkan oleh masih tingginya jumlah produk baja impor yang masuk ke Indonesia dan kelebihan kapasitas baja nasional pada beberapa sektor. Di tengah utilisasi kapasitas yang masih rendah, perlu kami laporkan kepada Bapak Menteri bahwa terdapat pula perkembangan yang menggembirakan. Pada triwulan III tahun 2023, laju pertumbuhan industri logam menunjukkan angka positif dengan capaian industri logam dasar sebesar 10,86 persen dan industri barang logam sebesar 13,68 persen. Hal tersebut juga terjadi pada industri baja yang terus tumbuh dengan ekspor sebesar USD 6.975 juta dan impor sebesar USD 2.973 juta. Meskipun nilai impor mengalami peningkatan, namun pertumbuhan industri baja semakin baik dan memiliki prospek substitusi impor.
Lebih lanjut Purwono berharap bahwa IBF 2023 kali ini dapat menjadi sarana yang mempertemukan seluruh stakeholder industri baja guna bersinergi dan mencari solusi permasalahan, serta memperoleh masukan atas kebijakan pengembangan industri baja nasional dalam rangka menciptakan kemandirian bangsa. IBF 2023 kali ini diikuti oleh 110 peserta pameran yang terdiri dari 76 perusahaan, 4 kementerian, 16 asosiasi, 4 perguruan tinggi, dan 15 UMKM. Jumlah sponsor yang mendukung acara ini mencapai 51 sponsor, baik dari perusahaan nasional dan perusahaan internasional. IBF 2023 juga turut menghadirkan 30 narasumber dengan 11 pembicara dari kementerian, 6 pembicara dari perusahaan, 5 pembicara internasional, dan 2 pembicara akademisi.
Selain itu, pada IBF 2023 ini juga dilakukan penandatanganan beberapa MoU dalam rangka menciptakan sinergi antara Pelaku Industri, Pemerintah serta Instansi Pendidikan antara lain PT Krakatau Posco dengan PT Krakatau Chandra Energi : Instalasi Solar Panel di pabrik Hot Rolling Plant PT Krakatau Posco, POSRI dengan Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri Kementerian Perindustrian: Pengembangan Carbon Capture, Utilization and Storage untuk Penurunan Emisi Karbon di Sektor Industri Besi dan Baja.