Pemanfaatan Slag Baja sebagai Pupuk Tanaman
Sumber: Nippon Steel & Sumitomo Metal, Jepang
Penggunaan slag baja sebagai pupuk telah diperkenalkan secara intensif sejak tahun 1990-an di Jepang, khususnya daerah yang berdekatan dengan Oita Works, salah satu fasilitas produksi utama Nippon Steel & Sumitomo Metal (NSSM). Saat itu, NSMM memperkenalkan dan memproduksi pupuk khusus bernama “GANTETSU HIRYO”, atau pupuk bantalan besi, dengan menggunakan slag baja. Kandungan dari slag baja, seperti besi, boron, mangan, kapur, silikat, dan fosfat, merupakan zat-zat yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman.
Pengujian yang telah dilakukan oleh para peneliti dari NSSM bekerja sama dengan Hohi Development Bureaus, Safe Agriculture Research Institute, serta beberapa petani di Perfektur Oita menunjukkan bahwa penggunaan pupuk Gantetsu Hiryo selain dapat meningkatkan pertumbuhan dan panen tanaman juga memiliki efek perlindungan terhadap penyakit tanaman, khususnya penyakit akar. Karena manfaat tersebut, pupuk ini telah diuji coba dan dipergunakan untuk berbagai jenis tanaman seperti jagung, kubis, brokoli, daun bawang, padi, serta asparagus, pada berbagai wilayah pertanian di Perfektur Oita.
Sejak tahun 2000, NSMM juga mengembangkan pupuk berbahan baku slag baja yang diberi nama “NOURYOKU-UP” di fasilitas produksi utama lainnya, yaitu Nagoya Works. Pupuk ini terutama telah dipergunakan untuk meningkatkan kesuburan sawah untuk tanaman padi. NSSM melaporkan bahwa pupuk Nouryoku-Up terbukti secara efektif meningkatkan produksi tanaman padi serta meningkatkan kesejahteraan petani. Penjualan slag ini terus mengalami peningkatan dan pada tahun 2015 telah mencapai lebih dari 20 ribu ton per tahun.
Penggunaan slag baja sebagai pupuk tanaman di Jepang─yang sangat terkenal dengan persyaratan ketat untuk produk-produk makanan─menunjukkan bahwa slag tidak memiliki dampak negatif terhadap lingkungan dan manusia. Slag baja justru terbukti memberikan berbagai manfaat dan aman dipergunakan. Contoh lain dari Korea Selatan (POSCO), slag juga sudah berhasil dimanfaatkan sebagai terumbu karang buatan utk ekosistim laut. Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia perlu mendorong industri baja nasional untuk dapat mengembangkan pemanfaatan slag baja secara lebih luas melalui berbagai kebijakan, termasuk di dalamnya menetapkan slag baja sebagai limbah non bahan berbahaya dan beracun (non B3). (WS)
Artikel IISIA tentang pemanfaatan slag baja lainnya:
1. Slag Baja untuk Perlindungan Lingkungan
2. POSCO Menggunakan Steel Slag untuk Menciptakan Hutan Laut dan Menyelamatkan Ekosistem
3. Slag Baja Bukan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) - Usulan IISIA