Satu Tahun Invasi Rusia ke Ukraina: Efek terhadap Industri Baja Global
Sumber: SEAISI, Fastmarkets, Yieh Corp Steel News, Worldsteel
Dalam setahun invasi Rusia ke Ukraina yang dimulai sejak 24 Februari 2022, harga baja telah mengalami kondisi naik turun dari level puncak ke level terendah. Pemberlakuan sanksi serta keterbatasan pasokan sempat mengakibatkan keuntungan perusahaan-perusahaan baja melonjak drastis. Hingga saat ini, ketakutan akan konflik masih terus membayangi karena perubahan arus perdagangan telah membuat harga bahan baku terus meningkat dan mendorong kenaikan biaya produksi, sementara ekonomi global masih mengalami pemulihan permintaan.
Karena turunnya permintaan global, industri baja kini dibebani dengan persediaan bahan baku yang mahal sehingga industri beralih dari mencatat keuntungan fenomenal menjadi kerugian dalam satu kuartal. Hal tersebut muncul terutama dalam kinerja kuartal kedua (Q2) dan ketiga (Q3) tahun fiskal 2023. Rusia dan Ukraina diketahui merupakan negara penyedia besar baja dan bahan mentah di dunia. Pada tahun 2021, ekspor baja dari kedua negara mencapai sekitar 48 juta ton, setara dengan 10 persen dari perdagangan baja global. Kedua negara tersebut juga berperan besar secara seimbang dalam perdagangan bijih besi dan pellet, hingga batu bara dan logam.
Rusia mengekspor sekitar 32 juta ton cooking coal pada tahun 2021. Sanksi Uni Eropa (UE) atas kokas dari Rusia menyebabkan negara tersebut mengalihkan ekspornya ke Tiongkok, sehingga mengakibatkan peningkatan ekspor yang tajam menjadi sekitar 46-48 juta ton pada tahun 2022. Namun demikian, gangguan rantai pasokan cooking coal ke UE menyebabkan persaingan ketat pada harga cooking coal dan baja, yang kemudian berdampak pada permintaan baja dunia.
Pada tahun 2021, Ukraina mengirimkan 864.637 ton pelat baja ke UE, yang merupakan 43% dari total 2,02 juta ton impor pelat untuk tahun tersebut. Nilai ini melebihi volume dari Federasi Rusia, yang memasok 280.941 ton pelat ke negara-negara UE pada tahun 2021. Namun pada tahun 2022, ekspor dari Ukraina ke blok tersebut turun menjadi hanya 195.719 ton. Hal ini disebabkan karena negara tersebut hanya memproduksi 6,26 juta ton baja kasar pada tahun 2022, turun sebesar 70,7% dibandingkan dengan tahun 2021. Total produksi rolled steel Ukraina di tahun 2022 mencapai 5,35 juta ton, 72% lebih rendah dari tahun 2021. Di sisi lain, Rusia yang merupakan pemasok pelat terbesar kedua di UE, juga mengalami penurunan ekspor menjadi hanya 43.983 ton pada tahun 2022. Hal ini disebabkan karena UE melarang pengiriman finished steel dari negara tersebut mulai 15 Maret 2022, sebagai tanggapan atas invasi Rusia ke Ukraina.
Pemberlakuan sanksi impor produk baja Rusia ke UE telah mengakibatkan kekosongan pada pemenuhan kebutuhan baja Eropa. Untuk mengatasi hal tersebut, sepanjang tahun 2022, Indonesia dan India telah meningkatkan pengiriman pelat baja ke UE. Berdasarkan data dari fastmarkets, Volume pengiriman Indonesia tercatat meningkat lebih dari dua kali lipat, dengan total volume pengiriman pelat mencapai 325.637 ton pada tahun 2022, dibandingkan dengan 127.157 ton pada tahun 2021. Data IISIA yg bersumber dari BPS mencatatkan angka yang sedikit lebih tinggi, yaitu untuk ekspor plate ke EU pada tahun 2022 mencapai 377.044 ton dan untuk tahun 2021 sebesar 265.825 ton (https://www.iisia.or.id/post/view/id/laporan-kinerja-ekspor-impor-produk-baja-indonesia-2022). India memasok 344.823 ton pelat ke UE pada tahun 2022, naik dari 255.266 ton dari tahun 2021. Jepang juga menggandakan pasokan pelat ke UE, menjadi 137.192 ton pada tahun 2022 dari 63.012 ton pada tahun 2021. Sementara Turki mengirimkan 52.470 ton pelat ke UE pada tahun 2022, naik tajam dari hanya 8.636 ton pada tahun 2021. Namun, total impor pelat ke UE pada tahun 2022 tercatat menurun dibandingkan dengan tahun 2021, yaitu dari 2,02 juta ton menjadi 1,74 juta ton. Dengan demikian, peningkatan pengiriman produk baja dari Asia tidak dapat mengisi kesenjangan pasokan di UE.
Dalam prospek jangka pendek terbaru, Worldsteel menyatakan bahwa permintaan baja mengalami kontraksi lebih kecil dari yang diperkirakan pada awal perang. Sebelumnya, di awal tahun 2022, Worldsteel memperkirakan bahwa penurunan permintaan lokal akan mencapai 20%, dengan konsumsi turun menjadi 35,1 juta ton. Penggunaan produk baja jadi Rusia adalah 41,3 juta ton pada tahun 2022. Dengan demikian, penurunan y-o-y penggunaan baja Rusia sebesar 6%, atau 2,6 juta ton, dari 43,9 juta ton pada tahun 2021. Selain sanksi berat yang dikenakan pada Rusia, faktor-faktor lain yang menyebabkan hal tersebut adalah tingginya harga minyak serta langkah-langkah berbagai pemerintahan negara untuk mendukung sektor konstruksi.
Fastmarkets memperkirakan bahwa konstruksi akan tetap menjadi industri konsumen baja utama di Rusia dengan pangsa lebih dari 65%. Sebagai akibat dari invasi Ukraina dan sanksi yang diberlakukan, harga rebar mengalami penurunan sejak Maret 2022, dan terus berlanjut hingga ke nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Situasi ini hanya berdampak kecil pada konsumsi baja oleh sektor konstruksi Rusia di tahun 2022, tetapi gejolak di pasar real estat diperkirakan akan berdampak lebih lanjut di tahun ini. Pada tahun 2023, permintaan baja diperkirakan akan menunjukkan kontraksi lebih dalam, dengan sanksi yang semakin berdampak dari waktu ke waktu dengan pengurangan penggunaan baja konstruksi asal Rusia diperkirakan sebesar 10%.
Selain sektor konstruksi, industri konsumen baja lainnya, seperti sektor otomotif dan teknik, terpukul keras oleh kekurangan komponen, gangguan rantai pasokan, dan penutupan fasilitas produksi. Namun demikian, gabungan sektor otomotif, mesin, dan peralatan elektronik rumah tangga hanya mengambil porsi sebesar 5-10% dari total permintaan baja Rusia. Di sisi lain, industri minyak dan gas yang menyumbang sekitar 20% dari penggunaan baja di Rusia, justru meningkatkan konsumsi sebesar 28%. Pertumbuhan ini didorong oleh program investasi besar penyedia utilitas nasional Gazprom selama lima tahun terakhir.
Meskipun perang masih berlanjut, sentimen pasar global diperkirakan akan membaik, meskipun dengan hati-hati. Sejak Desember 2022, telah terjadi penyesuaian dimana harga baja telah terkoreksi karena biaya produksi yang lebih tinggi dan banyak produsen baja global telah mengumumkan kenaikan harga untuk Maret 2023. Membaiknya kondisi pasar juga diindikasikan dengan blast furnace di Zaporizhstal Iron and Steel Works-Ukraina yang mulai beroperasi kembali pada Maret 2023 yang diharapkan akan mencapai kapasitas penuh pada awal April 2023. Permintaan baja global diperkirakan akan meningkat pada paruh kedua tahun 2023 dikarenakan kebangkitan negara-negara dari perlambatan ekonomi global, yang mengarah ke tingkat pertumbuhan sebesar 0-2% pada tahun 2023.
Perang Rusia-Ukraina secara langsung maupun tidak langsung juga telah berdampak pada kinerja perdagangan industri baja nasional di tahun 2022. Meskipun kinerja perdagangan industri baja nasional masih mampu mencatatkan neraca perdagangan positif di tahun 2022 dan sentimen pasar global diperkirakan akan membaik di tahun 2023 namun kondisi perang yang masih terus berlangsung tetap perlu menjadi perhatian seluruh pihak terkait khususnya dari Pemerintah agar dapat mengantisipasi dengan kebijakan-kebijakan yang mampu menjaga iklim industri dan perdagangan.
***