Membangun Sinergi Ekosistem Industri Baja Nasional, 7 MoU Ditandatangani di IBF 2023
Sumber : IISIA
Indonesia memiliki prospek pengembangan bisnis besi dan baja yang sangat menarik. The Indonesia Iron and Steel Industry Association (IISIA) memproyeksikan kebutuhan baja nasional mencapai lebih dari 100 juta ton pada tahun 2050. Berbagai proyek konstruksi saat ini tengah didorong pemerintah sehingga kebutuhan baja nasional untuk sektor konstruksi mencapai 50-60% dari kebutuhan baja nasional, salah satunya didorong oleh pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) dengan kebutuhan baja mencapai 9,2 juta ton senilai Rp.150,5 triliun. Selain itu, baja merupakan material penting untuk kendaraan listrik dan ekosistem industri pendukungnya. Kendaraan listrik, energi terbarukan, serta proses produksi ramah lingkungan merupakan isu-isu strategis yang memerlukan inisasi solusi sejak dini oleh para pelaku industri besi dan baja demi mewujudkan ekonomi berkelanjutan di masa depan.
Dalam rangka membangun sinergi ekosistem industri besi dan baja nasional, IISIA bekerjasama dengan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) dan didukung oleh Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyelenggarakan acara IISIA Business Forum (IBF) 2023. IBF merupakan media pertukaran informasi dan business matching bagi seluruh pemangku kepentingan industri baja nasional, yang diharapkan mampu memperkuat upaya pembangunan kemandirian industri nasional. Acara yang diselenggarakan pada tanggal 9 – 11 November 2023 di ICE BSD City Tangerang dan dihadiri oleh 3000 pengunjung ini terdiri atas pameran produk dan teknologi oleh lebih dari 100 perusahaan di bidang besi-baja dan industri terkait, seminar internasional yang menghadirkan lebih dari 30 narasumber dari akademisi, pengusaha, dan pemerintah, penjajakan kerja sama bisnis, serta kompetisi desain bangunan ramah lingkungan.
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian RI Airlangga Hartarto mewakili Presiden Republik Indonesia berkenan hadir dan membuka acara IBF 2023. Dalam kesempatan tersebut, Menko Perekonomian menyampaikan apresiasi Presiden RI kepada para pelaku industri baja yang telah melakukan pengembangan untuk kemajuan industri baja ke depan. Menko Perekonomian juga berharap dengan pengembangan teknologi ramah lingkungan dan ekspansi kapasitas, industri baja Indonesia memiliki peluang yang besar untuk masuk ke pasar global dan menghasilkan lebih banyak lagi devisa untuk negara. Setelah acara pembukaan, Menko Perekonomian juga berkesempatan untuk mengunjungi stand/booth peserta pameran yang diselenggarakan di tempat yang sama.
Menteri Perdagangan RI Zulkifli Hasan yang juga hadir dalam acara IBF 2023 memberikan keynote speech dan menyampaikan bahwa industri baja adalah sektor yang memainkan peran utama dalam memasok bahan baku vital untuk pembangunan di bidang infrastruktur, produksi barang modal, alat transportasi maupun persenjataan. Oleh karenanya, dibutuhkan sinergi dan kolaborasi yang erat antara pelaku usaha, asosiasi, dan pemerintah agar peran tersebut dapat dilakukan dengan baik. Dalam kesempatan kunjungan ke stand/booth peserta, Menteri Perdagangan memberikan berbagai arahan termasuk didalamnya ketersediaan teknologi yang ramah lingkungan bagi industri baja dalam mendukung program Net Zero Emission 2060.
Pada hari kedua pelaksanaan IBF 2023, Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian Taufiek Bawazier berkesempatan pula untuk memberikan keynote speech. Dalam keynote speech nya, Dirjen ILMATE menyatakan bahwa industri logam dasar, sebagai penopang utama sektor industri, mencatat pencapaian luar biasa dengan pertumbuhan sebesar 10,86% pada Triwulan III tahun 2023. Seiring dengan perkembangan positif dalam tiga tahun terakhir, industri ini menunjukkan prestasi gemilang dengan pertumbuhan dalam angka dua digit. Lebih lanjut Taufiek juga mengungkapkan bahwa pertumbuhan yang signifikan juga tercermin dalam produksi crude steel Indonesia, yang mencapai 15,6 juta ton pada tahun 2022, menandakan langkah besar dalam memajukan industri baja nasional. Capaian ini juga memperkuat posisi Indonesia di tingkat global, naik 13 peringkat dari peringkat ke-28 pada tahun 2007 menjadi peringkat ke-15 pada tahun 2022 dalam produksi baja dunia. Capaian-capaian tersebut tentu saja tidak hanya berkontribusi dalam memperkuat kemandirian bangsa, tapi juga berkontribusi dalam peningkatan devisa dari produk baja yang diekspor.
Gambar 1. Sambutan Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto